PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH
DAN PENGGUNAANNYA DI BIDANG KEBUMIAN
Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan
udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara
dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini
dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan
jauh (remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan .
Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an
antara lain diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus.
Kamera presisi tinggi mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai
gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi
pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan
menggunakan berbagai sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral
scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu terakhir ini alat
GPS(Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk merekam peta ketinggian dalam
bentuk DEM (Digital Elevation Model).
Pada tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite - 1
(ERTS-1), sekarang dikenal dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan
Amerika Serikat. Satelit ini dikenal sebagai satelit sumber alam karena
fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi
lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data
Landsat untuk menunjang program pemetaan, yang dalam waktu pendek disimpulkan bahwa
data satelit tersebut potensial untuk menunjang program pemetaan dalam lingkup
area yang sangat luas. Sukes program Landsat diikuti oleh negara-negara lain
dengan diorbitkannya berbagai satelit sejenis seperti SPOT oleh Perancis, IRS
oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi
Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian
tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk mata-mata/intellegence telah
pula dipakai untuk keperluan sipil dan diorbitkan melalui satelit-satelit
Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi dapat
pula direkam. Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian
telah banyak dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi,
eksplorasi mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia
penggunaan dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala,
diantaranya data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling
utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Dalam
pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan teknologi
penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam, selain itu
membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang geologi secara umum.
PRINSIP DASAR
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk
mengenal dan menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung
dengan obyek tersebut. Banyak pakar memberi batasan, penginderaan jauh hanya
mencakup pemanfaatan gelombang elektromaknetik saja, sedangkan penginderaan
yang memanfaatkan sifat fisik bumi seperti kemaknitan, gaya berat dan seismik
tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar memasukkan pengukuran
sifat fisik bumi ke dalam lingkup penginderaan jauh. Pada dasarnya teknologi
pemotretan udara dan penginderaan jauh adalah suatu teknologi yang merekam
interaksi sinar/berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari dan benda/obyek
di permukaan bumi. Pantulan sinar matahari dari benda/obyek di permukaan bumi
ditangkap oleh kamera/sensor, tiap benda/obyek memberikan nilai pantul yang
berbeda sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan
media seluloid/film, sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam
bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya batasan tersebut menjadi
tidak jelas karena rekaman potret udarapun seringkali dilakukan dalam bentuk
digital pula. Sejarah pemotretan udara telah berjalan cukup lama sejak awal
abad 19 tetapi pada pertengahan sampai akhir abad penggunaan semakin meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar