Oleh : Kuswondo ( 35 08 100 013 )
Teknik Geomatika - ITS
Surabaya
SISTEM TINGGI
Tinggi
adalah jarak vertikal atau jarak tegak lurus dari suatu bidang referensi
tertentu terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya. Untuk suatu wilayah
biasa MLR ditentukan sebagai bidang referensi dan perluasannya kedaratan akan
disebut dengan datum atau geoid ( Ira
Mutiara Anjasmara, 2005 ).
Tinggi Terhadap Bidang Referensi. ( Ira Mutiara Anjasmara, 2005 ). |
Informasi
tinggi yang ada di permukaan bumi ada umumnya dapat didefinisikan menjadi tiga
jenis utama tinggi, yaitu :
1. Tinggi
Ellipsoid
2. Tinggi
Dinamis
3. Tinggi
Orthometris
4. Tinggi
Normal
Tinggi Ellipsoid
Tinggi
ellipsoid adalah tinggi yang diperoleh tanpa ada hubungannya dengan gravitasi
bumi. Sistem tinggi ini digunakan oleh sistem pengamatan yang dilakukan
menggunakan GPS. Tinggi ellipsoid adalah jarak garis lurus yang diambil
sepanjang bidang ellipsoid normal dari permukaan geometris yang diambil dari
referensi ellipsoid ke titik tertentu (
W. E. Featherstone, 2006 ).
Ketinggian titik yang diberikan oleh GPS adalah ketinggian titik
di atas permukaan ellipsoid, yaitu ellipsoid WGS (World Geodetic System) 1984 ( Abidin, 2001). Tinggi ellipsoid (h)
tersebut tidak sama dengan tinggi orthometrik (H) yang umum digunakan untuk
keperluan praktis sehari-hari yang biasanya diperoleh dari pengukuran sipat
datar (levelling). Tinggi orthometrik suatu titik adalah tinggi titik tersebut
di atas geoid diukur sepanjang garis gaya berat yang melalui titik tersebut,
sedangkan tinggi ellipsoid suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas
ellipsoid dihitung sepanjang garis normal ellipsoid yang melalui titik
tersebut.
Tinggi Dinamis
Sistem
tinggi dinamik memiliki hubungan yang sangat kuat dengan sistem geopotensial,
sistem ini pernah dikembangkan oleh Helmert
( 1884 ). Pada tinggi dinamis, gaya berat rata – rata diambil suatu harga
berat normal standar bagi daerah yang bersangkutan, yaitu harga gaya berat
normal yang dekat dengan nilai harga gaya berat rata –rata di daerah itu. Untuk
tinggi dinamis global, biasanya diambil harga gaya berat normal pada lintang 45o
. Untuk Indonesia bisa ditentukan harga gaya berat normal di ekuator dengan
sistem referensi GRS – 1967 yaitu : 978.032 gal. ( Irawan Syafri , 1990 ).
Nulai
geopetensial didefinisikan sebagai nilai konstanta. Tinggi dinamis menyerap
karakter yang sama, hal yang membedakannya adalah tinggi dinamis memiliki
dimensi jarak. Dengan kata lain tinggi dinamis tidak memiliki nilai geografis,
melainkan hanya memiliki nilai kuantitas fisik bumi ( Physical Quantity ). ( Heiskanen and Moritz, 1967; Jakeli, 2000 ).
Tinggi
Ortometris
Tinggi ortometris suatu
titik adalah jarak geometris yang diukur sepanjang unting – unting ( Plumb Line
) antara geoid ke titik tersebut ( Irawan
Syafri , 1990 ). Tinggi ortometris ini merupakan tinggi yang umumnya
dimengerti dan paling banyak digunakan. Lain halnya dengan tinggi dinamis,
tinggi ortometrik ini memiliki nilai geometris. Permukaan geoid referensi sangat
unik hal ini dikarenakan satu bidang equipotensial yang merupakan bidang yang
memiliki nilai gravitasi tunggal sama dengan permukaan laut di lautan terbuka.
Dalam praktis nya tinggi ortometrik sangat sulit direalisasikan, karena untuk
merealisasikannya hal yang perlu diketahui adalah arah tegak lurus dari
percepatan gravitasi terhadap permukaan disemua titik yang berada sepanjang
jarak tersebut.
Ilustrasi tinggi
ortometrik. ( W. E. Featherstone, 2006 ).
|
Apabila dilakukan
pengukuran beda tinggi dengan menggunakan sipat datar terhadap dua titik atau
lebih maka akan didapatkan beda tingginya antar titik tersebut. Untuk merubah
beda tinggi tersebut untuk menjadi tinggi ortometris harus dilakukan koreksi
ortometris terlebih dahulu, tetapi apabila pengukuran dilakukan di daerah yang
sempit dimana diasumsikan bahwa bidang nivo di tiap titik saling sejajar maka
koreksi ortometrik bisa diabaikan. Dengan kata lain, koreksi ortometrik
diberlakukan untuk pengukuran dengan cakupan wilayah yang luas dimana besar
gaya gravitasinya sudah berbeda di tiap titik nya.
Untuk mendapatkan tinggi orthometrik
dari tinggi ellipsoid diperlukan data tambahanlain
yaitu undulasi geoid (N), dengan adanya undulasi maka tinggi orthometrik dapatdihitung
dari tinggi ellipsoid dengan Persamaan H = h - N (ketinggian orthometrik
adalahselisih antara ketinggian elipsoid dengan undulasi geoid). Ada beberapa
metoda untuk mendapatkan harga undulasi geoid diantaranya metodageometrik dan
metoda gravimetrik. Pada metoda geometrik undulasi geoid dihitung darikombinasi
data ketinggian posisi satelit dengan ketinggian dan pengukuran sipat
datar (levelling).
Tinggi orthometrik suatu titik
dipermukaan bumi dapat didefinisikan sebagai jarak geometrik antara titik
tersebut dipermukaan bumi dengan titik pasangannya di permukaan geoid dan
diukur sepanjang garis untung – unting ( Plumbline ).
Tinggi
Normal
Tinggi notmal pada
awalnya dihitung untuk menghindari masalah dalam menentukan nilai rata – rata
integral gravitasi pada gravitasi aktual sepanjang garis untung unting ( Plumbline ). Pemodelan pertama kali di
perkenalkan oleh Molodensky pada tahun 1945. Yang membedakan tinggi normal
dengan tinggi ortometrik adalah untuk mencegah terjadinya hipotesis untuk
menentukan medan gravitasi pada topografi.
Tinggi Normal. ( W. E. Featherstone, 2006 ). |
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
H.Z., Andreas, H., Maulana, D., Hendrasto, M,. Gamal, M., Suganda, O.K. 2004. Penentuan Tinggi Ortometrik Gunung Semeru
Berdasarkan Data Survey GPS Dan Model Geoid EGM 1996. PROC. ITB Sains &
Tek. Vol. 36A, No. 2, 2004, 145- 157.
Abidin, H.Z., Sutisna, S., Padmasari,
T., Kahar. J., Villanueva. K.j., 2005. Geodetic
Datum Of Indonesia Maritime Boundaries : Status And Problems. Cairo, Egypt,
April 16-21.
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Jaring Kontrol Vertikal Dengan Menggunakan
Sipat Datar. Pusat Sistem Jaringan Dan Standarisasi Nasional. Badan Koordinasi
Survey Dan Pemetaan Nasional ( BAKOSURTANAL ). Bogor.
Featherstone. W.E., dan Khun. M. 2006. Height Systems And Vertical Datums : A
Review In The Australian Context.
Firmansyah,
R.L., 2007. Penyatuan Datum Vertikal
Dalam Kaitannya Dengan Pekerjaan Pemasangan Pipa Transmisi Gas Bawah Laut
Jawa-Sumatra. Program Studi Teknik Geodesy dan Geomatika. Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Fitri, Listiyo., dan Leni, Heliani, S,.
2008. Evaluasi Model Geoid Di Pulau Jawa.
Media Teknik No. 4 Tahun XXX Edisi Nopember 2008 ISSN 0216-3012.
Gaol,
L.K. 2007. Sistem Geodetik Global 1984 (
WGS 84 )dalam Menentukan Gravitasi Normal ( Gn ). Prosiding Seminar
Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian Dalam Pembangunan Berkelanjutan Bandung 3
Desember 2007 ISBN : 978-979-799-255-5. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI.
Bandung.
Grant, D.B., dan Blick, G.H. 2004. A National Vertical Datum Independent A
Local Mean Sea Level ?. Wellington. New Zaeland.
Lestariya,
Amin, W., dan Ramdani D. 2006. Analisa
Komparatif Penentuan Tinggi Dengan GPS dan Sipat Datar. Jurnal Ilmiah
Geomatika Vol. 12 No. 1 Agustus.
Rachmayanti, Ida , A., Yuwono, Guruh Danar.
2007. Penentuan HWS ( Height Water Spring
) Dengan Menggunakan Komponen Pasut Untuk Penentuan Elevasi Dermaga. Program
Studi Teknik Geomatika ITS – Sukolilo.
Surabaya.
Syafri, Irawan.,
dan Wuriyati, A. 1990. Kondisi Datum
Ketinggian Wilayah Sungai Di Pulau Jawa. Bul. Pusair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar