1.
PENDAHULUAN
Penyelidikan
geokimia regional sistematik dengan kerapatan 1 per 24 km2 meliputi
daerah seluas 4.300 km2, dilaksanakan pada bulan Juli – September
2004 di Lembar Peta Denpasar & Mataram pada sekala 1: 250.000.
Gambar 1. Peta
lokasi daerah penyelidikan
|
Penyelidikan
tersebut dilakukan sebagai penyediaan data dasar geokimia untuk melengkapi
basis data Sistem Informasi Sumber Daya Mineral Indonesia, dan berperan penting
dalam eksplorasi mineral, serta untuk keperluan lainnya seperti : pertanian,
perkebunan, peternakan pemukiman, bahkan mulai digunakan dalam pengelolaan
masalah lingkungan, konservasi dan bidang kesehatan.
1.
GEOLOGI
Penyelidikan
sebelumnya yang pernah dilakukan di wilayah Pulau Bali, meliputi
penyelidikan mineral industri, panas bumi, pemetaan geofisika anomali bouguer,
pemetaan kawasan rawan bencana gunungapi dan pemantauan lingkungan kimia
air tanah.
Kondisi
geologi pulau Bali merupakan manifestasi penunjaman (subduksi) Kenosoikum Kerak
Samudera Hindia terhadap dataran Sunda. (Crostella, dkk 1976; Katili, 1975;
Audrey-Charles, dkk, 1975). Batuan beku dan volkanik pada umumnya berafiliasi
kalk-alkalin.
Daerah
penyelidikan merupakan daerah yang berbentang alam : rangkaian gunung berapi
berelief kasar, perbukitan bergelombang dan karst dengan relief kasar dan
morfologi karst berelief kasar, berpola aliran sungai radier hingga dendritik.
Penyajian
peta geologi yang disederhanakan bersumber dari Peta Geologi P3G versi Purbo-Hadiwidjojo
M.M (1971).
Batuan
tertua yang tersingkap di pulau ini adalah batuan volkanik berumur Miosen
Bawah, terdiri dari aglomerat andesitis sampai basaltis bersisipan batuan
karbonatan, napal, batupasir, lava andesitis/basaltis dan tuf. Kadang-kadang
dijumpai fosil foraminifera pada batuan karbonatan dan batu apung pada tuf.
Kelompok batuan tersebut tersebar sebagian besar di bagian barat, sedikit di
timur dan utara daerah penyelidikan.
Gambar 2. Peta
Geologi disederhankan.
|
Kelompok
batuan sedimen yang terdiri dari batugamping dan batugamping pasiran dan diperkirakan
berumur Tersier, menyebar di bagian selatan. Di bagian tengah daerah
penyelidikan, mulai dari barat hingga timur pada umumnya ditutupi oleh batuan
volkanik yang relatif lebih muda yaitu batuan volkanik Kuarter, yang terdiri
dari lava, lahar, breksi dan tuf, pada umumnya berkomposisi dasit, andesit
sampai basal dan sering dijumpai tuf yang mengandung batuapung. Mineral asesori
dari grup mika terutama biotit, mineral sedikit magnetite dan ilmenit sangat
lazim ditemukan pada batauan volkanik lelehan dan piroklastik.
Sedangkan di
bagian barat dijumpai sebaran batuan sedimen Kuarter yang terdiri dari
batupasir, konglomerat dan batugamping terumbu. Aluvial terdiri dari endapan
lempung, pasir, kerikil, kerakal hingga bongkah bermacam-macam batuan yang diendapakan
di sepanjang dataran banjir sungai dan muara yang merupakan hasil pengendapan
sungai – sungai besar, serta di sepanjang pantai yang merupakan hasil
pengendapan pantai.
Struktur
geologi secara umum teramati berupa kelurusan-kelurusan morfologi yang
diperkirakan sebagai sesar dominan berarah barat - timur dan sebagian kecil
berarah utara –selatan seperti yang terlihat di bagian timur. Struktur dominan
tersebut memotong batuan-batuan volkanik dan sedimen Tersier.
Pelapukan
cukup kuat dengan batuan penutup volkanik Kuarter menyebabkan sulit mengamati
jejak-jejak struktur di daerah penyelidikan.
1.
MINERALISASI
Indikasi
pemineralan teramati pada float batuan berstruktur breksi, dan
sedikit mengandung barik-barik (stringers) kuarsa yang terlimonitkan.
Ubahan tersebut ditemukan di Sungai Bedugul daerah Amed, yaitu di bagian
timurlaut daerah penyelidikan, mungkin bersal dari windows batuan
volkanik Tersier pada lingkungan batuan volkanik Kuarter (breksi tuf dan lahar)
yang sangat tebal. Seperti halnya busur kepulauan bergunung api lainnya yang
menyebar di NTT dan NTB, secara fisiografi pulau Bali memungkinkan untuk
ditemukan pemineralan logam. Asumsi tersebut terbukti dengan teramatinya
indikasi pemineralan, walaupun sedikit sekali, yaitu pada bongkah batuan breksi
tuf, mengalami ubahan argilik (silica-clay, sedikit (0,1%) limonitik quartz
stringers (barik-barik kuarsa) (F2556 : 347014 E, 9074996 N). Berdasarkan
informasi penduduk setempat, bahwa di daerah tersebut pernah ada kegiatan
eksplorasi emas (KP) milik PT.Nusa Bayah Kencana, namun sudah diitnggalkan, dan
tidak pernah ada laporannya.
Dari hasil
pengamat-pengamat terdahulu dan kenyataan di lapangan, bahan galian C (meliputi
batugamping, tras, sirtu dan tanah liat) di P. Bali mempunyai potensi yang
cukup menarik. Namun sebagai daerah yang sudah dikenal sebagai daerah
pariwisata tentunya perhatian lebih di arahkan untuk menjaga kelestarian
alamnya agar pulau ini tetap memperlihatkan daya tarik wisata. Berkaitan dengan
ini, perlu dilakukan inventarisasi dan evaluasi penyebaran bahan galian
tersebut agar menjadi komoditi unggulan, sehingga penambangan secara bijaksana
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah, namun ramah lingkungan.
2. PENYELIDIKAN GEOKIMIA
Telah terkumpul
165 contoh sedimen sungai (aktif) -80 mesh seberat ± 200 gram berat kering,
dengan kerapatan contoh satu contoh per 24 km2, pada daerah seluas ±
4.300 km2 dari wilayah pulau Bali yang mempunyai luas 5.448 km2.
Kerapatan contoh ditentukan dengan mempertimbangkan aspek geologi, pola aliran
sungai dan pencapaian daerahnya. Hampir 20 % wilayah pulau Bali, yaitu di
bagian tengah ditutupi oleh batuan volkanik Kuarter.
Oksida Fe_Mn
dan derajat keasaman air sungai (pH) sangat berpengaruh terhadap mobilitas
unsur di lingkungan dispersi sekunder. Oksida-oksida tersebut sangat umum
ditemukan pada lingkungan batuan volkanik (banyak dijumpai presipitasi mineral
berat magnetit, ilmenit dan mangan), yang besar pengaruhnya terhadap
konsentrasi unsur pada conto sedimen sungai. Sering dijumpai anomali unsur
geokimia sebagai hasil pengikatan kimiawi (scavanging) pada oksida-oksida Fe
dan Mn.
Derajat
keasaman air sungai (pH), merupakan salah satui faktor yang mempengaruhi
mobilitas unsur geokimia. Hasil pengukuran mengungkapkan pH di daerah
penyelidikan pada umumnya bersifat basa (> 8), dan setempat-setempat
diselingi oleh pH bersifat netral (7 - 8). Keadaan sifat derajat keasaman
tersebut, secara umum cenderung dipengaruhi oleh komposisi batuan volkanik.
Pada lingkungan pH air sungai relatif basa, unsur runut (trace elements)
pada umumnya mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, dan ini sangat membantu
dalam penyelidikan geokimia di daerah yang mempunyai tanah (soil) ataupun
batuan muda penutup yang tebal.
Contoh -contoh
geokimia sedimen sungai (aktif), dan batuan yang terkumpul dipreparasi dan
dianalisis di Laboratorium Kimia Mineral Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral Bandung. Unsur-unsur yang ditentukan terdiri dari Cu, Pb, Zn. Co, Ni,
Mn, Li, K, Cr, Fe, Au, Ag, As, Sb, dan Mo.
Hasil
analisis geokimia disajikan dalam satuan ppm, kecuali Fe (%) dan Au (ppb).
Karakteristik distribusi unsur geokimia pada umumnya adalah normal. Kemudian
data di analisis statistik dengan metoda korelasi, analisis gugus (cluster analysis)
dan analisis faktor
Zonasi
kewilayahan (trend of regional distribution) sebaran unsur atau asosiasi
spasial unsur geokimia lebih jelas disajikan dengan pola spektrum warna dengan
kelas interval ditentukan dengan metoda kecenderungan pengelompokan nilai pada
kurfa probabilitas kumulatif (natural break).
3. HASIL PENYELIDIKAN GEOKIMIA
Penafsiran
melalui pendekatan asosiasi/pengelompokan unsur lebih menjelaskan proses yang
mendasari distribusi yang terjadi pada unsur-unsur geokimia.
Pendekatan analisis
statistik multivariabel mengungkapkan isyarat geokimia yang diperlihatkan oleh
pengelompokan: As_Au_Cu; Pb_Zn; Co_Zn_Fe_Mn ; Cr_ Ni ; K_ Li.
4. PEMBAHASAN HASIL
PENYELIDIKAN GEOKIMIA
Secara
fisiografi pulau Bali yang merupakan bagian dari busur kegunungapian Banda,
berkomposisi batuan beku (volkanik) kalk-alkalin, dan memungkinkan untuk
ditemukan pemineralan logam. Hal ini terbukti dengan
terungkapnya mandala geokimia unsur logam Au, Ag, As, Cu, Pb dan Zn yang
menyebar di bagian selatan daerah penyelidikan.
Sebaran
anomali unsur Au, Cu, As , Ag dan Mo di bagian timur daerah penyelidikan,
berasosiasi dengan batuan yang mengalami ubahan argilik dan mengandung
barik-barik kuarsa yang terlimonitkan, membuktikan kemungkinan
pemineralan epitermal Au, diikuti anaomali Ag logam dasar. Sedangkan di
bagian barat berasoiasi dengan batuan volkanik Tersier terpropilitkan.dan
anomali Ag.
Hasil
analisis geokimia batuan tidak memberikan hasil yang menjanjikan, yaitu :
·
Mo = 5 ppm,
·
Au = 9 ppb,
·
Cu = 26 ppm,
·
Pb = 16 ppm,
·
Zn = 6 ppm).
Mandala
geokimia Pb dan Zn tersebar di bagian selatan sedikit diikuti anomali Ag dan
Mo, yaitu di sekitar daerah G. Batuan yang diikuti anomali Fe dan Mn
berasosiasi dengan batuan volkanik berkomposisi basaltis andesitis. Hal ini
ditafsirkan sebagai indikasi kemungkinan hadirnya pemineralan logam dasar Pb/Zn
tipe VMS.
Gambar 3. Peta
geokimia asosiasi Pb_Zn
|
Sebaran
Sb pada umumnya cenderung berafiliasi dengan
peninggian Mn di lingkungan batuan volkanik berkomposisi asam.
Hal yang
menjadi permasalahan eksplorasi mineral logam di wilayah Provinsi Bali adalah
ketebalan produk Gunung api Kuarter, dan pertimbangan bahwa wilayah ini
merupakan kawasan wisata, maka perlu dikaji lebih lanjut manfaatnya.
Asosiasi Co_Zn_Fe_Mn merupakan penciri proses geokimia yang lazim di
lingkungan geokimia permukaan.
Gambar 4. Peta
geokimia asosiasi Co_Zn_Fe_Mn
|
Kelompok ini
erat terkait dengan sebaran kelompok litologi volkanik Kuarter berkomposisi
menengah sampai basa, yang mempunyai konsentrasi latar belakang Zn dan Co yang
cukup tinggi. Akibat lingkungan pH basa sehingga terjadi peningkatan secondary
dispersion terhadap unsur-unsur tersebut, kemudian diikat secara
kimiawi oleh oksida-oksida mangan dan besi yang berasal dari mineral-mineral
feromagnesian.
Variasi
harga Cr dan Ni secara umum kecil dibandingkan konsentrasi pada kerak bumi.
Batuan berkomposisi ultra basa tidak pernah dijumpai di daerah ini. Dari hasil
pemetaan sebaran unsur-unsur dan asosiasinya, isyarat geokimia tersebut
tersebar di wilayah barat yaitu di sekitar wilayah G. Mesehe dan G. Patas, dan
di sebelah timur Kota Bangli dan Klungkung dan kemungkinan dapat ditafsirkan
sebagai indikasi hadirnya batuan volkanik berkomposisi menengah sampai basa.
Demikian
halnya dengan K, Li, indikasi tersebut ditafsirkan sebagai cerminan hadirnya
batuan volkanik berkomposisi asam (umumnya lava dan piroklastik berkomposisi
dasitis), yang tersebar di bagian tengah mulai dari wilayah bagian utara Kota
Denpasar hingga di wilayah Kota Singaraja di utara. Li ditafsirkan/mungkin
berasal dari grup mika (spesies lepidolit dan biotit) dan K berasal dari
spesies potasium felspar (Gambar 6).
Peninggian
konsentrasi unsur Pb yang bersifat setempat-setempat dan tanpa diikuti
peninggian unsur lainnya seperti yang terlihat dibagian utara dan sebarannya
secara umum dekat dengan kota besar mungkin dapat ditafsirkan sebagai
manifestasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh bahan bakar kendaraan.
1. KESIMPULAN DAN SARAN
Provinsi
Bali secara umum dihampari batuan volkanik dan sedimen Tersier dan Kuarter,
berkomposisi dasitis, andesitis hingga basaltis. Jejak sesar tidak terlalu
berkembang dengan jelas, akibat tertutup produk volkanik Kuarter yang cukup
tebal.
Indikasi
geokimia yang menjelaskan hadirnya suatu pemineralan meliputi :
·
Asosiasi
unsur-unsur geokimia As_Au_Cu ± Ag dan Mo, telah ditafsirkan sebagai petunjuk
pemineralan epitermal logam Au ± sulfida logam dasar dan
·
Asosiasi
Pb_Zn ± Ag dan Mo yang ditafsirkan sebagai petunjuk kemungkinan pemineralan
tipe VMS Pb/Zn.
Indikasi tersebut telah dipetakan sebarannya
berdasarkan peta sebaran sekor faktor, dan selanjutnya direkomendasikan untuk
menindak lanjuti indikasi prospek-prospek yang telah dilokalisir, yaitu di
bagaian selatan dan timur daerah penyelidikan.
Gambar 5. Peta daerah target Tindak lanjut |
Asosiasi
Co_Zn_Fe_Mn telah ditafsirkan sebagai indikasi/isyarat proses pengikatan
kimiawi (scavanging) oleh oksida Fe dan Mn. Sedangkan asosiasi lainnya yang
meliputi Cr_ Ni ; K_ Li masing-masing telah ditafsirkan sebagai penciri batuan
volkanik berkomposisi andesit basal dan batuan volkanik berkomposisi dasitis.
Sb tidak memperlihatkan zona peninggian cukup signifikan, sebarannya
cenderung dipengaruhi oksida Mn pada lingkungan batuan volkanik berkomposis
relatif asam.
Peneliti-peneliti
terdahulu (misalnya : Madiadipoera., dkk., 1980) telah menginformasikan
bahwa Pulau Bali merupakan daerah yang cukup potensial untuk pertambangan bahan
galian industri, serta menyimpan potensi energi panas bumi, dan besar
kemungkinannya prospek untuk bahan galian logam. Namun demikian wilayah ini
telah dikenal sejak lama sebagai salah satu daerah unggulan pariwisata, maka
sebaiknya potensi-potensi tersebut tidak dieksploitasi. Namun bila potensi
bahan galian industri tersebut mendesak/memang benar-benar diperlukan, maka
eksploitasinya harus dilaksanakan dengan cukup bijaksana, artinya tetap menjaga
kelestarian lingkungan.
Kemungkinan
adanya indikasi pemineralan logam serta potensi energi panas bumi, sebaiknya
ditindak lanjuti namun disarankan hanya sebatas untuk diinventarisir, sebagai
bahan untuk melengkapi basis data Sistem Infromasi Sumber Daya Mineral
Indonesia dan informasi untuk pemerintah daerah.
Pemanfaatan
data geokimia sedimen sungai sebagai alat pemantau penemaran lingkungan akan
lebih optimal infromasinya, bila unsur-unsur indikator pencemaran lainnya
diikutsertakan dalam program analisis geokimia mendatang (misalnya, Cd dan Hg).
Begitu juga di bidang lainnya seperti pertanian misalnya, perlu diikutsertakan
unsur-unsur yang diperlukan sebagai indikator bidang pertanian, dan hal ini
perlu dikordinasikan dengan lembaga terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Husin A.,
1969. Laporan Singkat Tentang Penyelidikan Pendahuluan terha-dap Pasir
Pantai Selatan Bali.
Madiadipoera.,
dkk., 1980. Hasil Seminar dan Lokakarya Pengembangan Industri Kapur di
Bali. Direktorat Sumberdaya Mineral. Sub Direktorat Eksplorasi Mineral
Bukan Logam dan Batubara.
Purbo-Hadiwidjojo
M.M., 1971. Peta Geologi Lembar Bali sekala 1: 250.000.
Ditebitkan oleh Direktorat Geologi Bandung.
Suryana N.,
dkk., 1992. Peruntukan Lahan Usaha Pertambangan Dalam Tata Ruang Wilayah
di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Laporan
Pengembangan Mineral Regonal No.87. Departemen Pertambangan dan Energi,
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum.Pusat. Pengembangan Mineral Regional.
Suud A.F.,
dkk., 1995. Lokasi dan Potensi Sumberdaya Mineral (Bahan Galian Golongan
B dan C). Propinsi Nusa Tenggara Barat. Departemen Pertambangan dan
Energi Sekretariat Jenderal. Kantor Wilayah Propinsi Nusatenggara Barat .
Untung M.,
1972. Peta Anomali Bouguer Lengkap Bali sekala 1: 250000.
Diterbitkan oleh Direktorat Geologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar