POTENSI
ENERGI GEOTHERMAL BALI
1 1.
Kebutuhan
Listrik di Pulau Bali
Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan
industri pariwisata dan tata kota, kebutuhan energi listrik di Bali pun ikut
meningkat dengan pesat. Sampai saat ini, sebagian besar energi listrik yang
digunakan di Bali berasal dari pembangkit listrik yang berada di Jawa.
Masalahnya di Pulau Jawa sampai saat ini masih terdapat daerah yang belum bisa
menikmati fasilitas listrik dari PLN, atau dengan kata lain Jawa pun masih
memerlukan energi listrik yang besar. Bali sampai saat ini menjadi prioritas
karena merupakan daerah tujuan pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih
cepat dibandingkan daerah lainnya.
Bali dibagi
menjadi 9 wilayah kabupaten atau kota yang hampir sebagian besar telah
terhubung dengan listrik dengan rasio elektrifikasi rata-rata sebesar 87.06 %
(2010), jauh diatas rasio elektrifikasi nasional. Dari data diatas
sekilas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah dengan energi listrik di
Bali. Namun yang perlu diingat disini adalah Bali sampai saat ini masih
tergantung dengan satu jaringan interkoneksi bawah laut Jawa – Bali (220 MW)
dan pembangkit listrik berbahan bakar Gas dan Minyak Bumi (PLTG Gilimanuk, 130
MW; PLTGU Pemaron, 120 MW; PLTG/PLTD Pesanggaran, 157,8 MW) yang notabene biaya
operasinya sangat mahal jika dibandingkan pembangkit listrik jenis lainnya.
Gambar 1. Kondisi kelistrikan
di Bali
|
Total
pasokan listrik di Bali saat ini sekitar 620 MW. Dengan beban puncak listrik di
Bali sebesar 560 MW (rekor beban tertinggi 579 MW (18/10/2011), hanya
diperoleh cadangan listrik maksimal 60 MW. Pada data tingkat pertumbuhan
ekonomi Bali pada 2010-2011 bergerak antara 5-hingga 6% dengan memicu tingkat
pertumbuhan kebutuhan listrik sebanyak 10-11%. Melihat kondisi ini, dapat
disimpulkan bahwa Bali sedang menghadapi krisis energi listrik untuk beberapa
tahun ke depan. Masalah kecil saja seperti apabila salah satu pembangkit
listrik rusak, dapat dipastikan Bali akan menghadapi pemadaman bergilir.
Gambar 2. Rasio
Elektrifikasi Bali
|
2.
Konsep Energi
Geothermal
Pada tahun 1918 di Larderello Italia dihasilkan uap
alam yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan tenaga listrik. Hal ini
memberikan rangsangan buat negara lainnya untuk mencoba memanfatkan sumber
tenaga baru ini. Hal ini juga terjadi di Indonesia yang berhasil melakukan
pemboran di Kamojang pada tahun 1926 dan berhasil menyemburkan uap panas dari
salah satu sumurnya (KMJ-3) sampai sekarang. Negara-negara yang saat ini telah berhasil memanfaatkan panasbumi adalah :
Amerika Serikat, Italia, Selandia Baru, Jepang, Philipina, Iceland dan
Indonesia. Sumber panas
bumi umumnya terdapat disekitar jalur gunung api karena magma merupakan sumber
panasnya.
Gambar
3. Konsep Panas Bumi ( Geothermal ).
|
Dibanding dengan sumber energi bahan bakar maka sumber tenaga panas bumi
relatif tidak terlalu menyebabkan pencemaran lingkungan lingkungan (non
pollution). Lapangan
geothermal umumnya berhubungan erat dengan aktifitas gunung berapi. Dari
kemanfaatan panas bumi dipermukaan seperti : fumarola, solfatara,
lumpur panas dan mata air dikeluarkan “non coudensable gasses” seperti CO2,
NH3, N2, H2, SO2 dan CH4.
Gas-gas tersebut diatas apabila terdapat didalam jumlah/konsentrasi yang tinggi
bisa membahayakan bagi manusia atau kehidupan disekelilingnya.
Bagi siapa yang pernah mengunjungi lapangan geothermal akan mencium bau
seperti telor busuk, bau tersebut berasal dari gas H2S. Gas tersebut
beracun. Dalam konsentrasi rendah menyakitkan mata (pedih) dan dalam
konsentrasi tinggi bisa menyebabkan kematian (konsentrasi rendah bau,
konsentrasi tinggi tidak).
Yang menjadikan masalah didalam pemanfaatan tenaga panasbumi antara lain :
1. Re-injeksi fluida kedalam tanah.
- Kebisingan
- Emisi gas
- Penurunan Tekanan (subsudence)
- Kehidupan sosial
- Efek terhadap iklim
- Efek terhadap sumur yang lain
- Keselamatan dari “Blow out”
- Seisme
- Efek korosi dari gas
Gambar 4. Konstruksi
Geothermal
|
Didalam melakukan eksplorasi panasbumi pekerjaan dibagi atas beberapa tahap
antara lain :
1. Inventarisasi
- Survey pendahuluan
- Pemetaan geologi
- Penelitian geofisika
- Pemboran dangkal
- Pemboran dalam (eksplorasi)
Sumber panas bumi berasal dari kegiatan gunung
berapi dan intrusi (terobosan) magma. Dapur magma merupakan sumber energi
panasbumi. Disamping proses pengangkatan dan perombakan kemudian mengakibatkan
jalur-jalur gunung api aktif maupun yang telah padam membentuk pegunungan
menjadi daerah penagkap air hujan/air kedalam tanah relatif lebih besar dari
daerah sekitarnya.
Susunan batuan jalur gunug api adalah hasil erupsi gunung api dan merupakan
perselang-selingan antara batuan piroklastik dan aliran lava yang membentuk
susunan batuan tudung kedap air (impermeable) dan batuan porous-permeable.
Bagian jalur gunung api dengan sumber panas relatif dangkal, terbentuklah
daerah panas bumi yang dicirikan oleh kenampakan air panas, fumarola, dan
lain-lain.
Gambar 5. Panas
Bumi yang tertangkap oleh satelit.
|
Pembentukan sumber panas bumi, dikontrol oleh proses-proses geologi yang
telah dan sedang berlangsung sepanjang jalur vulkanisme, terobosan-terobosan
magma serta pensesaran-pensesaran. Di indonesia merupakan daerah vulkanik yang terbentuk pada zaman kwarter/ ±
4 – 5 juta tahun lalu.
Cara terjadinya uap panas bumi dapat
dikategorikan seperti berikut :
- Sumber panas yang berasal dari pluton granit tidak dapat diperkirakan persis letaknya, tetapi hasil analisa mendapatkan bahwa letaknya tidak terlalu dalam. Juga sumber panas tidak menampakkan gejala-gejala di atas permukaan bumi.
- Suhu panas terbentuk batuan magmatik, kemudian keluar menembus permukaan bumi. Batuan magmatik dipermukaan akan membentuk gunung api tidak aktif atau berbentuk suatu gunung api aktif di masa lampau.
- Pembentukan uap panas erat hubungannya dengan kegiatan gunung api atau kegunung apian.
6. Sumber energi panas bumi terdiri dari :
1. Panas bumi
sistim uap kering (dry steam)
- Panas bumi sistim uap basah (wet steam)
- Panas bumi sistim air panas (hot water)
- Panas bumi sistim batuan kering panas (hot dry rock)
Energi panas
bumi yang dapat dipergunakan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Mempunyai suhu yang tinggi (minimum 150oC di bawah tanah)
- Tekanan uap cukup besar (minimum 3 atm)
- Volume uap cukup banyak (10 ton per jam = 1000 KW listrik)
- Tidak terlalu dalam (maksimum 3000 m)
- Uapnya tidak menyebabkan karat (pH lebih kecil dari 7).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar