Prosedur
Koreksi Geometrik
Dalam koreksi geometrik diperlukan data lain yaitu ground control points ( GCP ) dengan
daerah yang sama dengan daerah yang berada pada cakupan citra tersebut. Dengan
menggabungkan antara koordinat yang ada pada tanah dengan koordinat pada citra
sehingga didapatkan koreksi geomterik.
Maksud
dari koreksi geometrik adalah untuk mereduksi distorsi geometrik pada citra.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencari hubungan antara sistem koordinat
citra dengan sistem koordinat geografis ( koordinat tanah ) dengan menggunakan
GCP. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan nilai pixel yang benar
pada posisi yang tepat.
Dua
jenis koreksi geometrik yang sering digunakan adalah rektifikasi geometrik (
geometric rectification ) dan registrasi geometrik ( registration geometric ).
Rektifikasi adalah proses membuat geometrik citra menjadi planimetrik (
harlick, 1973 ). Prosesnya adalah mencari nilai koordinat pixel GCP dengan
koordinat dengan koordinat peta yang sesuai. Rektifikasi merupakan koreksi
geometrik yang presisi karena tiap pixel tidak hanya dapat dinyatakan dalam
baris dan kolom akan tetapi dapat juga dinyatakan dalam lintang dan bujur atau
meter dalam sistem proyeksi yang baku setelah proses geometrik selesai. Koreksi
ini digunakan jika ingin mendapatkan luas area yang akuran dan arah serta jarak
yang tepat pada citra. Rektifikasi juga disebut sebagai Image to Image Rectification.
Kadangkala
dalam penggunaan citra tidak dibutuhkan koreksi geometrik yang tinggi, seperti
dengan membandingkan dua citra yang sama yang didapatkan pada waktu yang
berbeda untuk melihat perubahan yang terjadi pada daerah yang terekam pada
citra. Rektifikasi pada citra dapat dilakukan, tetapi mungkin hal ini tifak
diperlukan. Dalam hal ini registrasi citra dapat digunakan, yaitu dengan
menyesuaikan posisi citra yang satu dengan yang lainnya atau mentransformasikan
koordinat citra yang satu ke koordinat citra yang lainnya. Proses ini dikenal
sebagai Image To Image Registration.
Kedua
metode diatas pada dasarnya menggunakan prinsip pengolahan citra yang sama.
Perbedaannya pada rektifikasi citra yang menjadi acuan adalah peta yang
memiliki proyeksi yang baku. Sedangkan pada registrasi yang menjadi acuan
adalah citra. Perlu dicatat bahwa jika suatu citra dijadikan acuan dalam
meregistrasi citra lain, maka citra yang diregistra memiliki kesalah geometris
yang terjadi pada citra yang menjadi acuan. Oleh karena itu pada koreksi
geometrik umum nya menggunakan rektifikasi citra dengan menggunakan peta
standar sebagai acuan.
1.1. Ground
Control Points ( GCP )
Ground
control point ( GCP ) adalah titik kontrol yang berada di bumi dimana
koordinatnya merupakan koordinat citra ( dalam bentuk baris dan kolom ) dan
sistem koordinat peta atau koordinat tanah dapat diidentifikasi. GCP dapat kita
buat sendiri dengan menggunakan beton ataupun GCP diambil dengan proses
digitasi peta dasar yang akan digabungkan dengan citra.
1.2. Ketelitian
Koreksi Geometrik
Kedua
metode diatas yang digunakan dalam koreksi geometrik pada dasarnya menggunakan
prinsip pengolahan citra yang sama. Perbedaannya pada rektifikasi citra yang
menjadi acuan adalah peta yang memiliki proyeksi yang baku. Sedangkan pada
registrasi yang menjadi acuan adalah citra. Perlu dicatat bahwa jika suatu
citra dijadikan acuan dalam meregistrasi citra lain, maka citra yang diregistra
memiliki kesalah geometris yang terjadi pada citra yang menjadi acuan. Oleh
karena itu pada koreksi geometrik umum nya menggunakan rektifikasi citra dengan
menggunakan peta standar sebagai acuan.
Dua
operasi dasar yang harus dilakukan untuk rektifikasi citra dengan menggunkan
sisitem koordinat peta adalah
1. Interpolasi
spasial
Interpolasi
spasial adalah mengindentifikasi hubungan geometrik antara lokasi input pixel
dengan koordinat peta yang sesuai terhadap lokasi yang sama. Sehingga
didapatkan model transformasi koordinat yang kemudian digunakan untuk
merektifikasi atau merelokasi setiap input pixel pada citra aslikedalam posisi
yang sesuai dengan citra output.
Untuk
melakukan interpolasi spasial dibutuhkan sejumlah GCP yang koordinatnya
diketahui dalam sistem koordinat citra dan sistem koordinat peta yang kemudian
dibuat model matematika dari distorsi goemetrik yang terjadi.
2. Interpolasi
intensitas
Interpolasi
intensitas adalah menentukan nilai pixel dari citra output. Proses interpolasi
itensitas umumnya disebut dengan resampling.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu :
a.
Nearest
Neighbor ( Orde Nol )
Pada
orde pertama ( zero order ) atau nearest neighbor brighness value ( BV ) dari
pixel yang paling dekat dengan koordinat x’,y’
digunakan sebagai nilai BV output koordinat x,y.
b.
Bilinear
Interpolation ( First Order)
Pada
metode ini nilai pixel output ditentukan dengan menginterpolasi nilai BV pada
dua arah ortogonal dari input citra. Atau mencari empat nilai BV yang terdekat
dengan koordinat x’,y’ pada input
citra kemudian menghitung BV yang baru dari keempat nilai BV input dengan
menggunakan jarak sebagai bobot
Dimana :
Z k : nilai
keempat nilai BV dari input citra
D k2 : jarak
dari nilai BV input terhadap koordinat x’,y’
a.
Cubic
Convolution
Pada
cubic convolution cara yang digunakan untuk mendapatkan nilai BV output dama
dengan bilinear iterpolation, hanya saja nilai BV yang digunakan adalah 16
pixel yang berada disekitar koordinat x’,y’.
Infonya sangat membantu gan untuk pengolahan data citra WV2
BalasHapus