Sabtu, 21 Januari 2012

Jenis - Jenis Proyeksi Peta


PROYEKSI UTM

Proyeksi UTM merupakan proyeksi transverse mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah : 

a. Proyeksi                                         : Transvere Mercator dengan lebar zone 6°.
b. Sumbu pertama (ordinat / Y)          : Meridian sentral dari tiap zone
c. Sumbu kedua (absis / X)                : Ekuator
d. Satuan                                           : Meter
e. Absis Semu (T)                              : 500.000 meter pada Meridian sentral
f. Ordinat Semu (U)                          : 0 meter untuk belahan bumi bagian Utara dan   10.000.000 meter untuk belahan bumi bagian Selatan
g. Faktor skala                                  : 0,9996 (pada Meridian sentral)
h. Penomoran zone                         : Dimulai dengan zone 1 dari 180° BB s/d 174° BB, zone 2 dari 174° BB s/d 168° BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174° BT s/d 180° BT.
i. Batas Lintang                                 : 84° LU dan 80° LS dengan lebar lintang untuk        masing-masing zone adalah 8°, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 12°
j. Penomoran bagian derajat lintang: Dimulai dari notasi C (800LS – 720LS), D, E, F sampai X (720LU – 840LU) (notasi huruf I dan O tidak digunakan).
k. Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai meridian 144° BT dengan batas lintang 11° LS sampai 6° LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan zone 54. 

Universal Transverse Mercator

  PROYEKSI TM3

Proyeksi TM3 adalah proyeksi yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi TM3 adalah :

a.             Proyeksi                                  : Transverse Mercator dengan lebar zone 3o
b.            Sumbu pertama (ordinat / Y) : meridian Sentral dari tiap zone
c.             Sumbu kedua (absis / X)         : Ekuator
d.            Satuan                                                 : Meter
e.             Absis Semu (T)                       : 200.000 meter  +  X
f.             Ordinat Semu (U)                   : 1.500.000 meter +  Y
g.            Faktor  Skala                           : 0,9999 (pada Meridian Sentral)
h.                                                                                                                  Penomoran zone               : Dimulai dengan zone 46.2 dari 93o BT s/d 96o     BT, zone 47.1 dari 96o BT s/d 99o BT, zone 47.2 dari 99o BT s/d 102o BT, zone 48.1 dari 102o BT s/d 105o BT dan seterusnya sampai zone 54.1 dari 138o BT s/d 141o BT
i.              Batas Lintang                          : 6o LU dan 11o LS
j.              Wilayah Indonesia terbagi dalam 16 zone TM3, dimulai dari meridian 93° BT sampai meridian 141° BT dengan batas lintang 6° LU sampai 11° LS. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46.2 sampai dengan zone 54.1


PROYEKSI POLYEDER

Proyeksi polyeder merupakan proyeksi Lambert Conformal Conic (kerucut normal konform), dengan satu paralel standar.
Ciri-ciri proyeksi polyeder :
a.             Kerucut
b.            Conform
c.             Normal
d.            Tangent
  Dalam proyeksi Polyeder, daerah yang akan dibuat petanya dibagi dalam daerah-daerah kecil yang dibatasi oleh garis-garis parallel dan meridian. Di Indonesia, setiap daerah kecil tersebut berukuran 20’ x 20’ atau sekitar 36 km x 36 km. tiap daerah kecil ini merupakan satuan proyeksi sendiri yang dinamakan bagian derajat. Sebagian bidang proyeksi diambil bidang kerucut untuk tiap-tiap bagian derajat yang menyinggung permukaan bumi (ellipsoid) pada garis parallel tengah bagian derajat itu.
Titik Origin salib sumbu diambil dari titik perpotongan garis parallel tengah dan garis meridian tengah. Garis garis parallel diproyeksikan sebagai busur-busur lingkaran yang mempunyai titik pusat di titik puncak kerucut. Garis parallel tengah diproyeksikan ekuidistan, sedangkan proyeksi garis-garis parallel lainnya dibuat sedemikian rupa sehingga proyeksi polyeder menjadi conform.
Wilayah Indonesia dibagi dalam 139 x 11 bagian derajat. Bidang kerucut menyinggung pada garis parallel tengah (parallel standar, k=1).
Meridian akan tergambar sebagai garis lurus yang konvergen kearah kutub. Untuk daerah di utara ekuator, konvergen ke kutub utara. Untuk daerah yang ada di sebelah selatan konvergen ke kutub selatan.
Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukkan letak garis parallel standar (φ0) sedangakan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukkan garis meridian standarnya (λ0).
         Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
·               Parallel standar : dimulai dari I (φ0=6o50’ LU) sampai LI (φ0=10o50’ LU)
·               Meridian standar : dimulai dari I (λ0=11o50’ BT) sampai 96 (λ0=19o50’ BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λjakarta=106o48’27”,79 BT).

Proyeksi polyeder

 
PROYEKSI MERCATOR

Proyeksi Mercator adalah salah satu bentuk sistim proyeksi dimana seluruh atau sebagian permukaan bumi diproyeksikan pada suatu bidang silinder.
Ciri-ciri proyeksi Mercator :
a.             Silinder
b.            Konform
c.             Meridian tergambar sebagai garis lurus yang berjarak sama
d.            Parallel tergambar sebagai garis lurus yang berjarak tidak sama, makin dekat   dengan ekuator jarak antara parallel makin kecil
e.             Skala benar sepanjang ekuator
f.             Loxodrome tergambar sebagai garis lurus
g.            Kutub tergambar di takterhingga, distorsi besar di kutub
h.Digunakan untuk navigasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar