Pengikatan ke belakang adalah sebuah metode orientasi yang dipakai jika planset menempati kedudukan yang belum di tentukan lokasinya oleh peta. Pengikatan ke belakang dapat diartikan sebagai pengukuran ke rambu yang ditegakkan di stasion (titik dimana theodolite diletakkan) yang diketahui ketinggiannya. Secara umum rambunya disebut rambu belakang. Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas cara pengikatan ke belakang metode Collins, yang menjelaskan secara umum pada saat kapan menggunakan cara pengikatan ke belakang, yaitu pada saat akan menentukan koordinat dari suatu titik, yang dihitung dari titik koordinat lain yang telah diketahui koordinantnya.
Pengukuran tersebut tidak dilakukan dengan cara pengikatan ke muka, karena tidak seluruh kondisi alam dapat mendukung cara tersebut. Khususnya pada kondisi alam yang terpisah oleh rintangan, maka dapat dilakukan dengan cara pengikatan kebelakang. Seperti pada pengukuran yang terpisah oleh jurang, sungai dan lain sebagainya. Seperti terlihat pada gambar-gambar berikut adalah contoh pengukuran yang dilakukan pada kondisi alam yang sulit baik daerah jurang maupun daerah tebing. Karena kondisi alam tidak memungkinkan dilakukan pengukuran seperti biasanya, sehingga diperlukan cara pengikatan ke belakang cara Collins maupun Cassini.
Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui. Metode ini dikembangkan pada saat alat hitung sudah mulai ramai digunakan dalam berbagai keperluan, sehingga pada perhitungannya dibantu dengan mesin hitung. Oleh karena itu cara pengikatan ke belakang yang dibuat oleh Cassini dikenal dengan nama metode mesin hitung. Pengikatan ke belakang metode Collins
ataupun metode Cassini seperti telah dibahas sebelumnya bertujuan untuk mengukur atau menentukan koordinat titik jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam pengukuran biasa atau dengan pengukuran pengikatan ke muka. Sehingga alat theodolite hanya ditempatkan pada satu titik, yaitu tepat diatas titik yang akan dicari koordinatnya, kemudian diarahkan pada patok-patok yang telah diketahui koordinatnya,
ataupun metode Cassini seperti telah dibahas sebelumnya bertujuan untuk mengukur atau menentukan koordinat titik jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam pengukuran biasa atau dengan pengukuran pengikatan ke muka. Sehingga alat theodolite hanya ditempatkan pada satu titik, yaitu tepat diatas titik yang akan dicari koordinatnya, kemudian diarahkan pada patok-patok yang telah diketahui koordinatnya,
Biasanya cara ini dilakukan ketika akan mengukur suatu titik yang terpisah jurang atau sungai dengan bantuan titik-titik lain yang telah diketahui koordinantnya. Dengan adanya metode pengolahan data ini memudahkan surveyor dalam teknis pelaksanaan pengukuran di lapangan, khususnya pada kondisi alam yang sulit. Yang membedakan metode Cassini dengan metode Collins adalah asumsi dan pengolahan data perhitungan. Sedangkan pada proses pelaksanaan pengukuran di lapangan kedua metode tersebut sama, yang diukur adalah jarak mendatar yang dibentuk antara patok titik koordinat yang sudah diketahui.
Pengolahan data metode Cassini diasumsikan titik koordinat berada pada dua buah lingkaran dengan dua titik penolong. Pada pengikatan ke belakang metode Collins diperlukan cukup satu titik penolong Collins yaitu titik H, yang dicari sehingga didapatkan sudut y , yang digunakan dalam langkah menentukan titik P. Kedua titik tersebut baik titik H maupun titik P dapat dicari dari titik A maupun B. Atau keduanya kemudian hasilnya dirata-ratakan.
Pengikatan ke belakang metode Collins |
Pada pengikatan ke belakang metode Cassini dibutuhkan dua titik bantu yaitu titik R dan S. Titik R dicari dari titik A sedangkan titik S dari titik C. Untuk menentukan titik P dapat dicari dari titik R dan S.
Pada pelaksanaan pengukuran di lapangan yang datanya akan diolah dengan menggunakan metode Cassini sama halnya pada praktek pengukuran metode Collins, yaitu sebagai berikut. Terdapat 3 titik koordinat yang telah diketahui berapa koordinat masing-masing. Misalkan titik-titik yang telah diketahui tersebut adalah A, B dan C. Akan dicari suatu koordinat titik tambahan diluar titik A,B, dan C untuk keperluan tertentu yang sebelumnya tidak diukur, misalkan titik tersebut adalah titik P.
Alat theodolite dipasang tepat diatas titik P yang akan dicari koordinatnya dengan bantuan statif. Pasang rambu ukur yang berfungsi sebagai patok tepat pada titik yang telah diketahui yaitu titik A, B, dan C, sehingga terdapat 3 patok dan 2 ruang antar patok yaitu ruang AB dan BC. Baca sudut mendatar yang dibentuk oleh titik A, B dan titik B, C. Sudut yang dibentuk oleh titik A dan B kita sebut sebagai sudut alfa (α) sedangkan sudut yang dibentuk oleh titik B dan C kita sebut sudut beta (β).
Untuk menghitung titik koordinat dengan menggunakan pengikatan ke belakang cara Collins data yang diukur di lapangan adalah besarnya sudut α dan sudut β. Koordinat titik A, B, dan C telah ditentukan dari pengukuran sebelumnya. Sehingga data awal yang harus tersedia adalah sebagai berikut :
- titik koordinat A ( Xa, Ya )
- titik koordinat B ( Xb, Yb )
- titik koordinat C ( Xc, Yc )
- besar sudut α
- besar sudut β
Pengukuran sudut α dan sudut β di lapangan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar