Sabtu, 11 Februari 2012

Datum Indonesia


DATUM INDONESIA
Datum Lokal
Pengukuran topografi di Indonesia dimulai sejak tahun 1862 hingga tahun 1880, yaitu sejak dilakukannya pengukuran triangulasi di Pulau Jawa. Dalam pengukuran triangulasi ini, setiap titik ukur harus saling terlihat sehingga titik tersebut biasanya dibuat di atas gunung. Pembuatan triangulasi di Jawa berjumlah 114 titik dihitung berdasarkan acuan triangulasi di gunung Genuk, Jawa Tengah untuk perhitungan lintang dan azimuthnya menganggap Jakarta meridian nol untuk perhitungan bujur. Sistim triangulasi ini dihitung berdasarkan elipsoid Bessel 1841, dan pada tahun 1883 pengukuran triangulasi ini diperluas ke Pulau Sumatra, Bali dan Lombok. Tahun 1911 dilakukan pembuatan triangulasi di pulau Sulawesi tetapi karena keterbatasan teknologi saat itu sistem triangulasi ini tidak terikat dengan di Jawa, Sumatra, Bali dan Lombok. Triangulasi Sulawesi dihitung dengan acuan titik triangulasi di gunung Moncong Lowe, Sulawesi Selatan untuk perhitungan lintang dan azimuth dengan menganggap Ujungpandang sebagai meridian nol untuk perhitungan bujur.

Datum Indonesia 1974
Pemetaan topografi di Indonesia diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi untuk dapat mempersatukan sitim-sistim referensi datum, sehingga seluruh wilayah dapat tercakup dalam satu sistim pemetaan. Dengan diketemukannya teknologi pengukuran yang menggunakan sarana satelit (satelit Doppler) maka wilayah-wilayah yang tersebar di Indonesia dapat dipersatukan. Untuk menunjang sistim pemetaan tunggal di Indonesia, pada tahun 1975 Ketua badan kordinasi survei dan pemetaan nasional (Bakorsurtanal) mengeluarkan surat bernomor 019.2.2/I/1975 tentang penggunaan GRS 1967 sebagai elipsoid referensi di Indonesia. Keputusan ini didasarkan karena lebih teliti baik untuk ilmiah maupun keperluan praktis dan pembuatan peta skala kecil maupun besar. GRS 1967 dapat mencakup seluruh wilayah Indonesia dalam satu sistim sehingga tercipta sistim referensi tunggal. GRS 1967 ini dinamai oleh Bakosurtanal Sferoid Nasional Indonesia (SNI). Untuk menentukan orientasi elipsoid referensi dalam ruang, maka kemudian SNI dihimpitkan dengan elipsoid NWL-9D ( sistim referensi teknologi Doppler ) ditittik eksentris (Stasiun Doppler BP-A 1884) di Padang. Dengan demikian stasiun Doppler BP-A ini dianggap sebagai datum tunggal geodesi di Indonesia. Datum ini diberi nama oleh Bakosurtanal Datum Indonesia 1974 dan merupakan datum relatif.

Datum Geodesi Nasional 1995
Cara penentuan posisi dan pengolahan data dengan pengamatan Doppler untuk membangun jaringan kontrol geodesi di Indonesia tidak seragam karena sebagian tidak diproses dengan menggunakan broadcast ephemeris sedangkan sebagian lagi di proses dengan menggunakan precise ephemeris, sehingga dari segi ketelitian jaringan kontrol geodesi nasional belum seragam. Dengan digunakannya teknologi baru yaitu Global Positioning System (GPS), maka dibangunlah Jaringan Kontrol Geodesi Nasional (JKGN) orde nol yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Pengolahan data sepenuhnya menggunakan precise ephemeris sehingga posisigeodetik dalam jaringan ini mempunyai ketelitian yang seragam. Berdasarkan hasil pengukuran JKGN ini maka Ketua Bakosurtanal menetapkan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 1995 ) sebagai datum tunggal Indonesia menggantikan datum sebelumnya yaitu DI-1974. Datum ini menggunakan elipsoid referensi WGS 1984, serta merupakan datum geosentrik ( datum absolut).

Pembuatan Sistim Pemetaan di Indonesia pertama kali

2 komentar:

  1. mas, cara penghitungan jaring tunggal gimana y?
    yg bagian k4...

    BalasHapus
  2. wah mungkin anda harus memperjelas maksud pertanyaan anda itu, saya gak ngudeng

    BalasHapus